Selasa, 11 Maret 2014

kenangan in Cirebon


                                           

Senin, 10 Maret 2014

Habibi Ainun


Sejarah Kisah Cinta Habibie dan Ainun

Posted by Aris Fourtofour on Senin, 28 Januari 2013
Sejarah Kisah Cinta Habibie dan Ainun- Cinta dan kesetiaan pasangan mantan Presiden RI, BJ Habibie dengan istrinya Ainun Habibie memang memberikan inspirasi banyak orang. Jika anda sudah mengenal kisah cinta nan romantis Romeo dan Juliet atau Layla dan Majnun, maka Indonesia kini tidak hanya memiliki dongeng Rama dan Shinta. Kali ini Kumpulan Sejarah akan menyajikan secara lengkap mengenai Sejarah Kisah Cinta Habibie dan Ainun.
Sejarah Kisah Cinta Habibie dan Ainun
Cerita Habibie dan Ainun justru diangkat dari kisah nyata yang diangkat dari buku setebal 323 halaman yang ditulis oleh Habibie, mengenai perjalanan cintanya bersama Alm. Hasri Ainun Besari. Menjelang pergantian tahun 2012, air mata berderai di berbagai bioskop tanah air. Kerinduan akan sebuah tayangan yang mengaduk emosi akhirnya terbayar melalui film Habibie & Ainun. Film yang bercerita tentang kisah cinta BJ Habibie dan Ainun Habibie membuat banyak orang, khususnya wanita, ingin memiliki kisah cinta yang sama, atau setidaknya, sebuah cinta sejati yang luar biasa.

Film Habibie & Ainun dimulai ketika mereka berjumpa pertama kali di masa sekolah. Sejak awal, keduanya digambarkan sebagai siswa siswi cerdas yang oleh para guru ‘diramalkan’ berjodoh. Hanya saja, jiwa muda Habibie belum menemukan sisi cantik dan keteguhan hati seorang Ainun. Bahkan, Habibie mengatakan bahwa Ainun jelek, gendut, hitam.. seperti gula jawa. Sebuah ejekan manis dan sukses membuat banyak penonton tersenyum.
Sejarah Kisah Cinta Habibie dan Ainun
Gula jawaku sudah berubah jadi gula pasir
Waktu bergulir, keduanya melanjutkan sekolah di tempat yang berbeda. Habibie mengambil ilmu teknik mesin, sedangkan Ainun mengambil ilmu kedokteran. Takdir mempertemukan mereka kembali. Ainun yang dulu dikatakan seperti gula jawa, telah memancarkan aura gadis cerdas, teguh dan cantik. Habibie meralat kata-katanya dulu, Ainun tidak lagi menjadi gula jawa, tetapi gula pasir yang murni dan manis.

Sebagai gadis yang cerdas dan cantik, banyak pria yang mengantri untuk mengambil hati Ainun. Habibie yang pada waktu muda bukan siapa-siapa (bahkan dicap miskin) tetap percaya pada hatinya bahwa Ainun adalah gadis yang akan menjadi pendampingnya. Walau teman-temannya pesimis akan sikap Habibie, Habibie yakin bahwa jodoh sudah ada yang mengatur.

Dengan logika ilmu teknik yang dimiliki, Habibie berpendapat
Mau ganteng atau tidak, kalau hatinya tidak satu frekuensi, bagaimana?
– BJ Habibie dalam film Habibie & Ainun

Saya akan menjadi suami yang terbaik untuk Ainun...
Sekali lagi, garis jodoh menunjukkan bahwa ‘frekuensi’ Habibie dan Ainun berada pada jalur yang sama dan cocok. Tidak perlu waktu lama hingga Habibie menyatakan rasa suka dan keseriusannya untuk  menikah dan membawa Ainun tinggal bersama di Jerman, untuk mendampingi Habibie menyelesaikan sekolah dan impiannya membuat pesawat terbang Indonesia. Inilah kata-kata manis yang membuat Ainun mantap menjatuhkan hatinya pada Habibie.

“Saya tidak bisa menjanjikan banyak hal. Saya tidak tahu apakah hidup kita di Jerman akan sulit atau tidak, apakah Ainun tetap bisa menjadi dokter atau tidak. Tapi yang jelas, saya akan menjadi suami yang terbaik untuk Ainun.”

Mereka berdua akhirnya menikah pada tanggal 12 Mei 1962. Habibie langsung memboyong Ainun untuk tinggal bersamanya di Jerman. Tempat yang jauh dari Indonesia, tempat dimana mereka mulai berjuang membangun sebuah keluarga.

Saya dan Ainun adalah dua raga tetapi dalam satu jiwa
Tinggal di negara orang lain menjadi sebuah perjuangan yang berat. Habibie dan Ainun mengalami masa-masa yang berat, tetapi mereka saling menguatkan, saling menopang. Hingga sedikit demi sedikit, kehidupan mereka semakin
baik. Kebahagiaan mereka semakin lengkap dengan kehadiran dua buah hati yang menggemaskan. Saat anak-anak mereka sudah bisa dititipkan pada pengasuh, Ainun kembali rindu untuk menolong orang lain. Dengan izin Habibie, Ainun membuka praktik sebagai dokter anak.

Di sinilah keteguhan seorang istri dan ibu dipertaruhkan. Saat Habibie mulai merakit mimpi-mimpinya, Ainun berada dalam titik penentuan. Di saat Ainun menolong banyak anak dan menyembuhkan mereka dari sakit, justru putranya mengalami sakit. Hal itu membuat pemikiran Ainun berubah. Akhirnya wanita yang lemah lembut ini menanggalkan jubah dokter untuk mengabdi sepenuhnya untuk suami dan buah hati mereka.

Saat Habibie kembali ke Indonesia untuk mewujudkan mimpinya membuat pesawat terbang, Ainun selalu setia mendampingi dan menguatkan suaminya. Juga saat Habibie masuk dalam dunia politik yang penuh godaan uang dan perempuan muda yang cantik, kedua tetap memperjuangkan kesetiaan akan cinta dan pengabdian untuk negara. Ainun tidak pernah lupa menyiapkan obat untuk sang suami, dengan kenyataan bahwa dia sendiri sudah divonis memiliki kanker ovarium. Ainun merahasiakan hal itu dari suaminya, dengan harapan agar Habibie tetap fokus mengemban tugasnya yang semakin berat.

Selamat jalan sayang....
Sedikit demi sedikit, kanker yang diderita Ainun menggerogoti tubuhnya. Habibie akhirnya mengetahui beban berat yang ditanggung Ainun. Berkali-kali operasi dilakukan, bahkan dengan alat kedokteran terbaru di Jerman, tetapi kondisi Ainun tidak kunjung membaik. Bagi Habibie, dia harus memperjuangkan kehidupan Ainun, karena sang istri telah banyak berkorban untuknya. Sesungguhnya, jauh di lubuk  hati Ainun, dia tidak pernah merasa dikorbankan, dia tulus mendampingi Habibie dan menjadi istri yang setia, seperti janjinya dahulu sebelum menikah.

Takdir membuat Habibie dan Ainun berpisah. Air mata tidak cukup untuk menunjukkan bagaimana seorang Habibie yang kuat dan tegar harus kehilangan wanita yang sangat dia cintai, wanita tegar yang selalu mendampinginya, wanita yang masih memikirkan kesehatan Habibie disaat dia harus berjuang dengan kanker yang menggerogoti tubuhnya.
PUISI BJ HABIBIE UNTUK ISTRINYA

AINUN Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu ...
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya ...
Dan kematian adalah sesuatu yang pasti ...
Dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu ...
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat ...
Adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, ....
sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati,.....
hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi ...
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang ...
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang ...
Pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada ...
Aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau di sini ...
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang ...
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik ...
Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua,
tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia,
kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini ...
Selamat jalan ... Kau dari-Nya,...
dan kembali pada-Nya ... 
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada ...
selamat jalan sayang ...
cahaya mataku, penyejuk jiwaku...
selamat jalan ...
calon bidadari surgaku ... - HABIBIE
Sejarah Kisah Cinta Habibie dan Ainun
Sebuah kisah cinta dan kesetiaan yang membuat banyak wanita ingin memiliki kisah cinta yang sama. Seperti itulah seharusnya seorang pria, seorang suami, dan seperti itulah seharusnya seorang wanita, seorang istri. Saling menopang, saling menjaga, saling mencinta dan setia dalam kemesraan yang manis.

Kisah cinta yang manis yang dapat menjadi inspirasi besar untuk kita.

Kamu itu orang paling keras kepala dan paling sulit yang pernah aku kenal. Tapi jika aku harus mengulang hidupku, aku akan tetap memilih kamu. – Ainun dalam film Habibie & Ainun

Tanda tanda hari kiamat

TANDA-TANDA MENJELANG KIAMAT BERDASARKAN AL-QURAN DAN HADITS-HADITS YANG SHAHIH

30 November 2012 pukul 14:04
Tanda-tanda Kiamat Kecil (‘Alamah Sughra), Pertengahan (‘Alamah Wustha), dan Besar (‘Alamah Kubra) Berdasarkan Hadits-Hadits Rasulullah S.A.W. Yang Berstatus Shahih.

A. Tanda-tanda Kecil (‘Alamah Sughra)

1. Diutusnya Rasulullah S.A.W.[1]
2. Terbelahnya bulan sebagai Mukjizat Rasulullah S.A.W.[2]
3. Wafatnya Rasulullah S.A.W.[3]
4. Penaklukan Baitul Maqdis[4]
5. Merebaknya penyakit yang berbahaya[5]
6. Terbunuhnya Umar bin Khattab R.A.[6]
7. Terbunuhnya Utsman bin ‘Affan R.A.[7]
8. Peristiwa Perang Jamal[8]
9. Peristiwa Perang Shiffin[9]
10. Fitnah Khawarij dan Perang Nahrawan[10]
11. Penyerahan kekuasaan dari tangan Hasan bin Ali bin Abi Thalib R.A.huma kepada Mu’awiyah Bin Abi Sufyan R.A.[11]
12. Fitnah Tatar dan serangan Turki[12]
13. Munculnya para Dajjal yang mengaku nabi[13]
14. Penaklukan Madain, Ibu Kota Persia[14]
15. Situasi di jalan-jalan[15] terlihat aman[16]
16. Harta melimpah ruah[17]
17. Terhapusnya jizyah dan pajak[18]
18. Api yang keluar dari Hijaz sehingga menerangi leher-leher unta di Busra[19]
19. Bencana Al-Khasaf[20], Al-Qadzaf[21] dan Al-Maskh[22] menjelang kiamat[23]
20. Runtuhnya Kekaisaran Persia dan Romawi[24]
21. Sampainya agama sebagaimana sampainya malam dan siang, serta penaklukan Roma[25]

B. Tanda-Tanda Kiamat Pertengahan (‘Alamah Wustha)

B.i. Tanda-Tanda Yang Sudah Muncul Namun Sebagiannya Akan Terulang Kembali
1. Datangnya berbagai fitnah[26]
2. Meluasnya perdagangan, salam hanya kepada yang dikenali dan putusnya silaturrahim[27]
3. Hamba sahaya wanita melahirkan tuannya[28]
4. Konspirasi bangsa-bangsa terhadap umat Islam[29]

B.ii. Tanda-Tanda Yang Akan Muncul Pada Zaman Kita dan Kebanyakan Peristiwanya Kita Alami
1. Wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang[30]
2. Menghiasi masjid dan berbangga-bangga dengannya[31]
3. Berlomba-lomba meninggikan bangunan[32]
4. Harta melimpah ruah[33]
5. Memakan harta riba[34]
6. Amanah disia-siakan[35]
7. Meniru perilaku orang-orang kafir[36]
8. Dihalalkannya sutera, khamar dan zina[37]
9. Tersebarnya buku, tulisan dan pena[38]
10. Mati tiba-tiba[39]
11. Pasar-pasar (pusat perdagangan dan perbelanjaan) berdekatan[40]
12. Para orang tua menyerupai pemuda[41]
13. Banyaknya pembohongan dan kesaksian palsu[42]
14. Kebenaran mimpi orang mukmin[43]

B.iii. Tanda-Tanda Yang Akan Muncul Pada Masa Yang Akan Datang dan Diantaranya Sangat Hampir Dengan Tanda-Tanda Kubra
1. Orang yang berpegang pada agama bagaikan memegang bara api[44]
2. Berlakunya permusuhan dalam hati[45]
3. Jazirah Arab penuh dengan taman-taman dan sungai-sungai[46]
4. Ilmu digunakan untuk mencari harta dan Al-Quran digunakan untuk perdagangan[47]
5. Munculnya kebodohan manusia dan saling menolak menjadi imam shalat[48]
6. Munculnya pemimpin-pemimpin bodoh[49]
7. Munculnya polisi akhir zaman yang kejam dengan manusia[50]
8. Turunnya cobaan dan siksaan berat dari penguasa zalim[51]
9. Seseorang berangan-angan untuk mati[52]
10. Sore beriman, pagi menjadi kafir kembali[53]
11. Sungai Eufrat kering dan menyingkap gunung emas atau timbunan emas[54]
12. Luka’ bin Luka’[55] menjadi manusia paling bahagia[56]
13. Fitnah dahsyat yang membinasakan bangsa Arab[57]
14. Sujud sekali kepada Allah lebih baik daripada dunia dan seisinya[58]
15. Munculnya seorang lelaki dari Qahthan[59] yang dipatuhi manusia[60]
16. Muncul berbagai fitnah: Ahlas,[61] Sarra’,[62] Makar,[63] dan Duhaima’[64]
17. Bumi mengeluarkan kekayaannya yang terpendam[65]
18. Kaum muslimin akan memerangi Yahudi dan mengalahkan mereka[66]
19. Jumlah wanita lebih banyak daripada jumlah laki-laki[67]
20. Merebaknya zina dan perbuatan keji[68]
21. Banyak kematian, gempa dan hujan[69]
22. Binatang buas dan benda mati dapat berbicara[70]
23. Ditenggelamkannya pasukan yang hendak menyerang Madinah[71]
24. Bulan kelihatan membesar[72]

C. Tanda-Tanda Kiamat Besar (‘Alamah Kubra)

1. Munculnya Al-Mahdi dan kekhalifahannya[73]
2. Al-Malhamah Al-Kubra (Perang Dunia Ke-3/ Armageddon) dan penaklukan Konstantinopel (Istanbul)[74]
3. Keluarnya Al-Masih Ad-Dajjal[75]
4. Turunnya Nabi Isa bin Maryam A.S.[76]
5. Keluarnya Yakjuj dan Makjuj[77]
6. Munculnya asap (Ad-Dukhan)[78]
7. Terbitnya matahari dari sebelah barat[79]
8. Keluarnya hewan melata yang dapat berbicara[80]
9. Islam menjadi asing dan Mushaf Al-Quran diangkat oleh Allah S.W.T[81]
10. Penghancuran Ka’bah[82]
11. Terjadinya tiga gerhana matahari, di timur, barat dan Jazirah Arab[83]
12. Hembusan angin lembut yang mencabut roh orang-orang mukmin[84]
13. Keluarnya api dari Pusat Kota Adn yang menggiring manusia menuju bumi mahsyar di Negeri Syam[85]



[1] (HR. Al-Bukhari, Muslim dan At-Tirmidzi, Jamiul Ushul: X/384), HR. Ahmad dalam Musnadnya dan Al-Hakim dalam Al-Kunya) dan (HR. At-Tirmidzi).

[2] (HR. Muslim dalam Shahihnya no. 2800), (HR. Muslim dalam Shahihnya no. 2822) dan (HR. Muslim no. 2801).

[3] (HR. Al-Bukhari no. 7927 dalam Shahihnya dan dalam Jami’ul Ushul: X/412).

[4] (HR. Al-Bukhari no. 7927 dalam Shahihnya dan dalam Jami’ul Ushul: X/412).

[5] (HR. Al-Bukhari no. 7927 dalam Shahihnya dan dalam Jami’ul Ushul: X/412) dan (HR. Ahmad).

[6] (HR. Al-Bukhari dalam Shahihnya).

[7] (HR. Al-Hakim) dan (HR. Al-Hakim dan beliau menshahihkannya, serta Al-Baihaqi).

[8] (HR. Al-Hakim dan beliau menshahihkannya), (HR. Ahmad dan Al-Hakim) dan (HR. Al-Bazzar dan Ibnu Abi Syaibah dengan sanad rijalnya yang tsiqah).

[9] (HR. Al-Bukhari no. 2498) dan (HR. Muslim, Mukhtasar Muslim (2006) “Ammar dibunuh oleh kelompok pemberontak).”

[10] (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dalam Mustadrak Al-Hakim dan dalam Musnad Imam Ahmad (Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 213) dan (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

[11] (HR. Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya no. 20552) dan (HR. Ibnu Abi Syaibah).

[12] (HR. Imam Yang Enam, kecuali An-Nasa’i) dan (HR. Al-Bukhari dalam Shahihnya).

[13] (HR. Muslim dalam Kitab Al-Fitan, Mukhtasar Muslim no. 2023), (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban), (HR. Ahmad dan At-Thabrani) dan (HR. At-Thabrani no. 1999 dan dalam Silsilah Al-Ahadis Ash-Shahihah no. 69).

[14] (HR. Adi bin Hatim RA).

[15] Dalam Hadits Riwayat Ahmad disebutkan perjalanan dari Hijaz ke Iraq, dalam riwayat yang lain perjalanan antara Iraq dan Mekah.

[16] (HR. Ahmad dalam Musnadnya)

[17] (HR. Al-Bukhari dalam Kitab Al-Fitan, Mukhtasar Al-Bukhari no. 2198) dan (HR. Muslim, Mukhtasar Muslim no. 2036).

[18] (Shahih Muslim no. 2896).

[19] (HR. Muslim no. 2011).

[20] Al-Khasaf bermaksud Allah SWT membenamkan permukaan bumi sehingga masuk sampai kedalamannya, dan tidak ada yang mengetahui jauhnya selain Allah SWT.

[21] Al-Qadzaf bermaksud bumi akan menyemburkan segala sesuatu yang melelehkan dari dalamnya, baik berupa lahar, larva, api dan sebagainya.

[22] Al-Maskh bermaksud Allah SWT akan mengubah suatu kaum atau sekelompok orang yang menghalalkan apa yang diharamkan Allah SWT menjadi sesuatu yang dikehendaki-Nya seperti monyet, babi dan sebagainya.

[23] (HR. Ibnu Majah dalam Sunan-nya), (HR. At-Tirmidzi dalam Sunan-nya), (HR. At-Tirmidzi dan beliau berkata: “Hadits Shahih,” Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 4119) dan (Jami’ Al-Ushul: X-411 (7926) dan tambahannya ada dalam Al-Jami’ Ash-Shaghir yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi).

[24] (HR. Al-Bukhari no. 3618) dan (Shahih Muslim no. 2869).

[25] (HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya dan dikeluarkan pula oleh Al-Bani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah) dan (HR. Ahmad, Ad-Darami dan Al-Hakim).

[26] (HR. Ibnu Majah no. 3963), (HR. At-Tirmidzi dalam Sunannya no. 2205, dan beliau berkata: “hasan shahih),” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya no. 6706), (HR. Ibnu Majah no. 4039), (HR. Ahmad, Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, Al-Albani: IV/2231), (HR. Muslim, Mukhtasar Muslim no. 1989), (HR. Muslim dalam Kitab Al-Fitan, Bab Nuzul Al-Fitnah Nahwasy Syarqi, Mukhtasar Muslim no 1997) dan (HR. Al-Bukhari dan Muslim, Misykah Al-Mashabih: 111/21).

[27] (HR. Ahmad, Silsilah Ahadits Ash-Shahihah no. 6872), dan (HR. Imam Ahmad dalam Musnadnya no. 6872).

[28] (HR. Al-Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907) dan (Hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya: 318-319).

[29] (HR. Abu daud, Ibnu Asakir, Ahmad dalam Musnad-nya, Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah, serta disebutkan Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah: II/684 (958) dan (HR. Muslim dalam Shahihnya no. 2289).

[30] (Shahih Muslim no. 2128).

[31] (HR. Abu Daud, Ahmad dalam Musnadnya, Ad-Darimi, dan telah diriwayatkan dalam Shahih Al-Jami’: 5771) dan (Tartib Ahadits Al-Jami’ Ash-Shaghir dan penambahannya: I/234 (1), bab Bina’ Al-Masjid).

[32] (dikeluarkan Imam Ahmad dalam Musnad-nya: 318-319, dan disebutkan pula oleh Al-Albani dalam Silsilah Ahadits Ash-Shahihah: 1345).

[33] (HR. Al-Bukhari dalam Shahihnya, kitab Al-Jihad).

[34] (HR. Al-Hakim dalam Mustadraknya. Hadits ini shahih menurut syarat Al-Bukhari dan Muslim, Al-Mustadrak: 11/11).

[35] (Silsilah Ahadits Ash-Shahihah: IV/9 (1505).

[36] (HR. Al-Bukhari, Mukhtasar Al-Bukhari no. 2216) dan (HR. Imam Ahmad dalam Musnadnya no. 8791).

[37] (HR. At-Tirmidzi, Jami’ Al-Wustha no. 7456), (HR. At-Tirmidzi dalam Sunannya no. 2217) dan (HR. Ibnu Majah no. 3386).

[38] (HR. Imam Ahmad no. 3870). Pena bermaksud tersebarnya ilmu pengetahuan seperti banyaknya buku-buku, karya-karya ilmiah, fotokopi, media masa, elektronik, internet dan sebagainya.

[39] (HR. At-Thabrani, Shahih Al-Jami’ no. 5775).

[40] (HR. Imam Ahmad dalam Musnad-nya, Majma’ Az-Zawaid: VII)

[41] (HR. Ahmad dalam Musnad-nya no. 247, beliau berkata: “Hadits Shahih),” dan (HR. Muslim, Mukhtasar Muslim hlm. 360, no. 1347).

[42] (HR. Muslim dan Ahmad), (HR. Muslim, Mukhtasar Muslim no. 2024), (HR. Imam Ahmad dalam Musnad-nya no. 3870).

[43] (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, At-Tirmidzi, dan Abu Dawud. No. Hadits pada riwayat Muslim ialah 1519, dalam Mukhtasarnya), (HR. Muslim, Mukhtasar Muslim no. 152), dan (HR. Al-Bukhari, Mukhtasar Al-Bukhari no. 2178).

[44] (HR. At-Tirmidzi, beliau berkata: “Hadits Hasan Gharib).”

[45] (HR. Imam Ahmad dalam Musnad-nya: V/389).

[46] (HR. Imam Ahmad dalam Musnad-nya no. 8819).

[47] (HR. Ad-Dailami).

[48] (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, dan beliau berkata: “Shahih atas syarat Syaikhani”: IV/442) dan (HR. Abu Dawud, Jami’ Al-Ushul no. 7908).

[49] (HR. Al-hakim dalam Al-Mustadrak: IV/424, beliau berkata: Hadits yang isnadnya shahih).”

[50] (Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, Al-Albani no. 1893), (HR. Imam Ahmad dalam Musnad-nya no. 8059) dan (Shahih Muslim no. 2128).

[51] (HR. Al-Hakim, dan ini ialah hadits yang shahih isnadnya atas syarat Syaikhani, Al-Mustadrak: IV/465).

[52] (HR. Syaikhani, Al-Lu’lu’ Wal-Marjan: V/235).

[53] (HR. At-Tirmidzi, dan beliau berkata: “Hadits Hasan Shahih).”

[54] (HR. Al-Bukhari dan Muslim, Al-Lu’lu’ Wal-marjan Fima Ittafaqa  ‘Alaihi Asy-Syaikani), (HR. Imam Ahmad dalam Musnad-nya no. 9356). (HR. Imam Ahmad dalam Musnad-nya no. 8048) dan (Shahih Muslim no. 2295).

[55] Luka’ bin Luka’ adalah kinayah (kata kiasan) bagi seorang yang buruk nasabnya, kedudukannya, akhlaknya dan agamanya (sampah masyarakat).

[56] (HR. At-Tirmidzi, Shahih al-Jami’ Ash-Shaghir, As-Suyuthi no. 7308, dan beliau berkata: “Hasan Shahih).”

[57] (HR. Al-Bukhari dan At-Tirmidzi. Dikeluarkan pula oleh Ahmad dalam Musnad-nya no. 6980), dan (HR. Ahmad dalam Musnad-nya no. 6964, juga diriwayatkan oleh Al-Hakim dan beliau berkata: “Shahih atas syarat Muslim).”

[58] (Mawariduzh-Zham’an bi Zawaid Ibnu Hibban no. 1888, dan diriwayatkan dengan sanad shahih sebagaimana perkataan Al-Haitsami).

[59] Akan berlaku jika berlaku perubahan zaman, sebagaimana Al-Bukhari menyebutkan hadits tersebut dalam bab Berubahnya Zaman.

[60] (HR. Syaikhani, dan Ahmad dalam Musnad-nya no. 9395).

[61] Rasulullah SAW menjelaskan bahwa Ahlas ialah fitnah dimana manusia bercerai-berai dan perampasan harta. Ahlas ialah bentuk jamak dari hilsun, yang berarti pelana kuda yang senantiasa berada di punggung kuda. Ahlas diibaratkan sebagai fitnah yang berterusan sebagaimana pelana kuda senantiasa berada di punggung kuda.

[62] Sarra’ ialah petaka kesenangan

[63] Seseorang yang mengaku sebagai ahli bait akan dibaiat, padahal orang tersebut adalah ahli maksiat.

[64] (HR. Abu Dawud, Al-hakim, Imam Ahmad dalam Musnadnya, dan disebutkan pula oleh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah). Duhaima’ ialah fitnah yang akan menyerang seluruh umat manusia secara tiba-tiba dengan kejahatannya, apinya, dan bencananya.

[65] (HR. Muslim no. 1012).

[66] (QS. Al-Israa’ 17: 7), (HR. Al-Bukhari dan Muslim, jami’ Al-Ushul no. 7876), dan (HR. Al-Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi dan beliau berkata: “Hadits Hasan Shahih).”

[67]  (HR. Al-Bukhari, bab Ma Ja’a fi Raf’il Ilmi wa Zhuhur Al-Jahli, Mukhtasar Al_bukhari no. 71, diriwayatkan juga oleh At-Tirmidzi no. 2301).

[68] (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak dan beliau berkata: “Hadits Shahih Isnadnya”: IV/495), (HR. At-Thabrani dan Al-Hakim) dan (HR. Al-Baihaqi, Ad-Daruquthni, dan Ibnu Hajar).

[69] (HR Al-Hakim dalam Al-Mustadrak no. 444) dan (HR. Imam Ahmad dalam Musnad-nya no. 7554).

[70] (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, Al-Hakim, At-Tirmidzi, dan beliau berkata: “Hadits Hasan Shahih,” Tuhfatul Ahwadzi no. 2272).

[71] (HR. Muslim dalam kitab Al-Fitan, bab Fi Khasafi bil Jaisyil-ladzi Yaummal Baita, Mukhtasar Muslim, hlm. 538, no. 2030).

[72] (Disebutkan oleh As-Suyuthi dalam Al-Jami’ Ash-Shaghir: V/214 (5775), dan disebutkan pula oleh Al-Qurthubi dalam At-Tadzkirah, hlm. 648).

[73]  (HR. At-Tirmidzi dan Abu Dawud), (HR. Abu Dawud dalm Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir, VI/70, hadits no. 5180, Al-Albani mengatakan hadits ini shahih: IV/165), (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir: VI/22, Al-Albani mengatakan bahawa hadits ini shahih), (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak dan dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir: VI/22, Al-Albani mengatakan bahawa hadits ini shahih), (HR. Muslim, Mukhtasar Muslim, no. 2036), (HR. Ahmad dan Ibnu Majah dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir: VI/22, Al-Albani mengatakan bahawa hadits ini shahih), (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, Hadits ini shahih sesuai dengan syarat Al-Bukhari, Shahih Muslim: IV/502), (HR. Ibnu Majah dalam Sunan Ibnu Majah, kitab Al-Fitan, bab Keluarnya Dajjal), (HR. Imam Ahmad, Ibnu Hibban, Al-Hakim, Al-Bazzar, Ibnu Adi dan Nu’aim), 9HR. Al-Bukhari dalam Mukhtsar Al-Bukhari, hlm. 324, no. 1440) dan (HR. Muslim di dalam Shahihnya, hlm. 75, no. 247).

[74] (HR. Muslim dalam Shahih Muslim, IV/2221, hadits no. 2897), (HR. Muslim dan Ahmad), (HR. Muslim dalam Shahih Muslim, IV/2223, hadits no. 2899), (HR. Muslim dalam Shahih Muslim, IV/2238, no hadits 2920), (HR. Abu Dawud dalam Mukhtasar Sunan Abu Dawud, hadits no. 1426), (HR. Abu Dawud dalam Mukhtasar Sunan Abu Dawud, hadits no. 4130), (HR. Abu Dawud dalam Mukhtasar Sunan Abu Dawud, hadits no. 4128) dan (HR. As-Sayuthi dalam Kitab Jami’ Al-Kabir dengan matan yang panjang).

[75] (HR. Muslim dalam Mukhtasar Muslim, no. 2058), (HR. Al-Bukhari dalam Silsilah Al-ahadit Ash-Shahihah, Syeikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, no. 1836), (HR. At-Tirmidzi dan beliau menshahihkannya), (HR. Al-Bukhari dalam Fath Al-Bahri, 90/13), HR. Ahmad di dalam Musnadnya dan Abu Dawud dalam Sunannya. HAdits tersebut juga disebutkan di dalam Al-Jami’ Adh-Shaghir, no. 2455). dan banyak lagi hadits shahih yang menjelaskan tentang kemunculannya.

[76] (QS. Ali ‘Imran {4}: 55), (QS. Az-Zukhruf {43}: 61), (QS. An-Nisaa’ {4}: 159), (HR. Muslim), (HR. Al-Bukhari dalam Al-Mukhtasar Al-Bukhari, no. 1440), (HR. Muslim dalam Mukhtasar Muslim, no. 2061) dan banyak lagi hadits shahih yang menerangkannya.

[77] (QS. Al-Anbiyaa’ {21}: 96-97), HR. Al-Bukhari dalm Mukhtasar Al-Bukhari, no. 1405), (Tafsir Ibnu Katsir, Surah Al-Kahfi), (HR. Ahmad dalam Musnad Imam Ahmad: V/271), (HR. Muslim dalam Shahih Muslim: IV/2254, no. 2937) dan banyak lagi hadits shahih yang menerangkannya.

[78]  (QS. Ad-Dukhan {44}: 10), (HR. Muslim {4/2225}, no. 2900) dan (HR. Ath-Thabrani dan Ibnu Jarir dengan isnad yang baik).

[79] (HR. Muslim {4/2225}, no. 2900), (HR. Al-Bukhari, Muslim dan Ahmad Fath Al-Barri, XI/352, Shahih Muslim no. 157, Musnad Ahmad: 11/312) dan banyak lagi Hadits Shahih yang menerangkannya.

[80] (QS. An-Naml {27}: 82), (HR. Ahmad dalam Musnad Ahmad, 11/201)

[81] (HR. Ibnu Majah dalam Sunan Ibnu Majah, no. 4049), (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim dalam Silsilah Al-Ahadit Ash-Shahihah, no. 2949), (HR. Ad-Dailami dalam Sunan Ad-Dailami, no. 8848) dan (HR. Ad-Dailami dalam Sunan Ad-Dailami, no. 7713).

[82] (HR. Al-Bukhari dan Muslim dalam Shahih Al-Bukhari no. 1596 dan Shahih Muslim no. 2909), (HR. Ahmad dalam Musnad Ahmad no. 2/220), (HR. Al-Bukhari dalam Shahih Al-Bukhari no. 1595) dan (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 4/453 dan beliau mengatakan bahwa hadits ini shahih sesuai syarat Syaikhani).

[83] (HR. Muslim dalam Shahih Muslim, kitab Al-Fitan, hadits no. 2901), (HR. At-Tirmidzi dalam Jami’ Al-Ushul, hadits no. 7933) dan (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Ausath Majma’ Az-Zawaid: 8/11).

[84] (HR. Muslimdalam Shahih Muslim no. 2949), (HR. Muslimdalam Shahih Muslim no. 7915, (HR. Muslimdalam Shahih Muslim no. 2937), dan (HR. Al-Bukhari dalam An-Nihayah, Ibnu Katsir: 1/186).

[85] (HR. Muslim dalam Shahih Muslim, kitab Al-Fitan, {4/2225), hadits no. 2900 dan 2901).

(Dipetik dari: Kitab "Asyrath As-Sa'ah, Al-'Alamah Ash-Sughra, Wal-Wustha, Wal-Kubra." Karangan Mahir Ahmad As-Sufi).

Kamis, 06 Maret 2014

Profil sekolah

Minggu, 02 Maret 2014

Profile SMKN 1 Mundu Cirebon

Untuk pertama kalinya sekolah ini berdiri dan beroperasi pada tanggal 1 Agustus 1965 berdasar SK Mendikbud No. 79/Dirpt/Bi/65, tanggal 8 Juli 1965 dengan nama Sekolah Teknologi Menengah Perikanan Laut (STM-PL) Negeri Cirebon, berlokasi di Jalan Pasuketan No. 15 Kodya Cirebon, dengan dua jurusan, yaitu:
1.   Teknik Penangkapan Ikan (TPI)
2.   Processing/Pengolahan Ikan  (PI)
Pada tahun 1973, berpindah alamat ke Jalan Kalijaga Mundupesisir No. 01 Cirebon.  Berdasarkan SK Mendikbud No. 0298/0/1976, tanggal 9 Desember 1976,  berganti nama menjadi Sekolah Menengah Teknologi Pertanian (SMT Pertanian) Negeri Cirebon, dengan dua program studi, yaitu
1.  Teknologi Penangkapan Ikan (TPI)
2.  Teknologi Hasil Pertanian (THP)


Pada tahun ajaran 1988/1989 dibuka program studi baru, yaitu Budidaya Ikan (BI). Pada tahun 1997 seluruh sekolah kejuruan (STM,SMEA,  SMKK,  SMT Pertanian dan sejenisnya) diseragamkan namanya menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sejak itu SMT Pertanian Negeri Cirebon berrganti nama menjadi SMK Negeri 1 Mundu Cirebon dan membuka 2 program keahlian baru yaitu : Teknika Kapal Penangkapan Ikan (TKPI) dan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).

.: Identitas Sekolah :.

NPSN : 20214795
NSS : 581021709001
Nama Sekolah : SMKN 1 MUNDU CIREBON
Tahun Dibuka : 1965
Tahun Akhir Renovasi : 2012
Alamat : JL. Raya Mundu Pesisir No. 01
Desa/Kelurahan : Mundu Pesisir
Kode Pos : 45173
Kecamatan : Kecamatan Mundu
Kabupaten : Kabupaten Cirebon
Provinsi : Propinsi Jawa Barat
Status Sekolah : Negeri
Bentuk Sekolah : Biasa/Konvensional
Jenis Sekolah : SMK
Jarak Sekolah Sejenis : 1 km
Waktu Penyelengaraan : Pagi
Sertifikasi ISO : 9001:2008
Latitude : -6.750599286626908
Longitude : 108.58911663293839

.: Dokumen dan Perijinan :.

No. SK Pendirian : 79/Dirpt/BI/1965
Tgl. SK Pendirian : 07-08-1965
No.SK Akhir Sekolah : 79/Dirpt/BI/1965
Tgl. SK Akhir Sekolah : 07-08-1965
Akreditasi : Terakreditasi A
No. SK Akreditasi : 00200/536/BAN-SM/XI/2010
Tgl. SK Akreditasi : 09-11-2010

.: Program Keahlian :.

1.  Nautika Kapal Penangkap Ikan (NKPI)
2.  Teknika Kapal Penangkap Ikan (TKPI)
3.  Agribisnis Perikanan (AP)
4.  Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (TPHPi)
5.  Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ)

.: Kontak :.

Telpon : 0231-510385 atau 0231-510956
No. Fax : 0231-510385
Email : smk1mundu@yahoo.co.id
Website : www.smkn1-mundu.sch.id

Sabtu, 01 Maret 2014

Hasil dari isra'-Mi'raj


            Shalat 5 Waktu, Hasil (Oleh-Oleh) dari Isra’-Mi’raj


Oleh:
M. Mujib Ansor, SH.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Marilah kita senantiasa meningkatkan taqwa kepada Allah I, diantaranya dengan menjaga shalat kita dengan baik.
Bulan Rajab seperti ini, biasanya oleh umat Islam Indonesia –khususnya- dikaitkan dengan peristiwa isra’ mi’raj Nabi Muhammad r. Meskipun oleh Syekh Shafiyurrohman al-Mubarakfuri disebutkan bahwa telah terjadi khilaf di antara ulama’ dalam penetapan waktu isra’ mi’raj ini.
Isra’ Mi’raj adalah peristiwa perjalanan Nabi r dari Masjid al-Haram di Mekkah ke Masjid al-Aqsha di Palestina, terus ke langit ke-7 sampai ke Sidratul Muntaha di atas langit ke tujuh. Di sana kemudian baginda Nabi r menerima perintah dari Allah I berupa kewajiban shalat 5 waktu sehari semalam.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Kita tidak membahas peristiwa isra’ mi’raj itu sendiri, tetapi yang kita bahas adalah oleh-oleh dari isra’ mi’raj itu, yaitu berupa kewajiban shalat 5 waktu.
Dari peristiwa isra’ mi’raj ini menunjukkan betapa “agung”nya dan betapa pentingnya ibadah shalat ini dalam agama Islam. Sampai-sampai cara penerimaan perintahnya langsung dengan cara memanggil Baginda Nabi r menghadap Allah I. Padahal perintah-perintah yang lain cukup melalui perantaraan Malaikat Jibril u, dan cukup Nabi berada di bumi. Pantaslah kalau Nabi r bersabda:
رَأْسُ الأَمْرِ الاْسْلاَمُ، وَعُمودُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الجِهَادُ
“Kepala segala urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad.”(HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah, shahih)
Jadi, shalat adalah tiang agama. Jika tiang agama ini runtuh maka ambruklah bangunan agama itu. Artinya, shalat menjadi barometer bagi umat Islam. Kalau umat masih menjaga dan menegakkan shalat dengan baik, maka baiklah Islam. Sebaliknya, kalau umat sudah mulai sembrono dan melalaikan shalat, maka rusaklah Islam ini. Orang disebut muslim, kalau ia masih istiqamah menegakkan shalat. Sebaliknya, kalau meninggalkan shalat, maka tidak layak ia disebut muslim. Orang biasa menyebutnya sebagai “Islam KTP”.
Sehingga tidaklah berlebihan kalau para ulama’ ahli hadits ahli sunnah mengatakan bahwa shalat itu adalah rukun yang paling agung di dalam rukun-rukun amaliyah. Atau dengan kata lain, shalat adalah ibadah yang paling agung setelah tauhid (dua kalimat syahadat).
Oleh karena itu Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Sudah seharusnya, kita juga mengagungkan ibadah shalat ini. Mari kita tegakkan, kita jaga dan perhatikan shalat kita. Karena, betapa ironisnya sekarang, shalat sudah tidak dianggap penting lagi oleh sebagian umat Islam. Shalat sudah mulai dilupakan atau ditinggalkan, dan sudah mulai diremehkan. Umat Islam sudah banyak yang berani meninggalkan shalat secara terang-terangan, baik yang muda maupun yang tua. Na’udzu billahi min dzalik.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Shalat hukumnya fardhu ain atau wajib bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan yang sudah akil baligh. Allah I berfirman:
(#qßJŠÏ%r’sù no4qn=¢Á9$# 4 ¨bÎ) no4qn=¢Á9$# ôMtR%x. ’n?tã šúüÏZÏB÷sßJø9$# $Y7»tFÏ. $Y?qè%öq¨B ÇÊÉÌÈ
“Maka dirikanlah shalat itu. Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa’: 103)
Dan Rasulullah r menempatkannya sebagai rukun yang kedua dari rukun Islam yang lima, sebagaimana sabda beliau:

بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ. شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ الله، وَأَنَّ مُحَمَّدا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. وَإِقَامِ الصَّلاَةِ. وَإِيتَاءِ الزَّكاةِ. وَحَجِّ الْبَيْتِ. وَصَوْمِ رَمَضَانَ
“Islam itu dibangun berdasarkan rukun yang lima, yaitu: bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah dan Muhammad itu utusan-Nya, mendirikan shalat, membayar zakat, dan melaksanakan haji ke baitullah, serta berpuasa di bulan Ramadhan.”(HR. Bukhari – Muslim)
Oleh karena itu, orang yang meninggalkan shalat 5 waktu dihukumi kafir, yang menyebabkan keluar dari Islam (murtad). Demikian ijma’ sahabat, yang diikuti oleh Imam Ahmad dan salah satu pendapat Imam Syafi’i j. Sementara imam-imam yang lain seperti Imam Abu Hanifah dan Imam Malik j mengatakan adalah “fasik”.
Dalilnya adalah:
Pertama, Firman Allah:
“Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.” (QS. At-Taubah: 11)
Menurut Syekh Muhammad al-Amin asy-Syinqithi: maksudnya adalah Allah I memberikan syarat bagi tetapnya persaudaraan (ukhuwah) antara kita dan kaum musyrikin dengan tiga syarat: 1). Mereka bertaubat dari kesyirikan, 2). Mendirikan shalat, dan 3). Menunaikan zakat. Jika mereka bertobat dari kesyirikan, tetapi tidak mau mendirikan shalat, atau enggan membayar zakat, berarti mereka bukan saudara seagama bagi kita.
Kedua, dari Sunnah:
  1. Dari Jabir bin Abdullah t dari Nabi r, ia bersabda:
إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلاَةِ
“Sesungguhnya (batas pemisah) antara seseorang dengan kemusyrikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim)
Dalam hadits ini kata syirik digabung dengan kata kufur sebagai penguat bahwa orang yang meninggalkan shalat adalah kufur.
  1. Dari Buraidah bin al-Hushaib t, ia mendengar Rasulullah r bersabda:
الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
“Perjanjian antara kita dan mereka (kaum kafir) adalah shalat. Barangsiapa yang meninggalkannya berarti ia telah kafir.” (HR. Ahmad, at-Turmudzi. An-Nasa’i, Ibnu Hibban dan al-Hakim, dan disahihkan oleh al-Albani)
Menurut Syekh al-Amin asy-Syinqithi dan Syekh al-Utsaimin: yang dimaksud dengan kekafiran di sini adalah kafir yang keluar dari Islam. Sebab Nabi r menjadikan shalat sebagai pembeda antara mukmin dan kafir. Sudah dimaklumi bahwa agama kafir bukan agama Islam. Karena itu siapa yang tidak mau menunaikan perjanjian ini berarti ia termasuk golongan orang-orang kafir.
Ketiga, Ijma’ :
  1. Imam al-Marwazi meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah t ia berkata: aku bertanya kepadanya, “Apa yang membedakan antara kekufuran dan keimanan dari amal perbuatan yang kalian dapati pada masa Rasulullah?” Ia menjawab: “Shalat.”
  2. Salah seorang tabi’in yang mulia, Abdullah bin Syaqiq al-Uqaili mengatakan:
كَان أَصْحَابُ مُحمَّدٍ لاَ يَرَوْنَ شَيْئَاً مِنَ الأَعْمَالِ تَرْكُهُ كُفْرٌ غَيْرَ الصَّلاَةِ
“Para sahabat Nabi r tidak menganggap meninggalkan suatu amalan adalah kufur, kecuali meninggalkan shalat.”(HR. Tirmidzi)
  1. Imam al-Hasan al-Bashri j mengatakan: telah sampai kepadaku bahwa para sahabat Nabi r mengatakan:
“Batas antara hamba dan kesyirikan yang menyebabkan kafir adalah meninggalkan shalat tanpa udzur.” (Riwayat Allalika’i dan Ibnu Baththah)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Yang patut lagi kita renungkan sekaligus yang menunjukkan tingginya kedudukan shalat dalam Islam, serta kafirnya orang yang tidak shalat adalah sabda-sabda Nabi berikut ini:
Pertama, Nabi r bersabda:
إنَّ أولَ ما يُحَاسَبُ به العبد يومَ القيامةِ من عملهِ صَلاتُه، فإن صَلُحَتْ فقد أفلحَ وأنجحَ، وإن فَسَدَتْ فقد خابَ وخسرَ،

“Sesungguhnya yang pertama kali ditanyakan kepada seorang hamba dari amalnya di hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya bagus maka ia beruntung dan selamat, namun jika shalatnya rusak maka ia celaka dan merugi.” (HR. Thabrani, shahih)
Kedua, nabi r bersabda:
أَوَّلُ مَا يُرْفَعُ مِنَ النَّاسِ أَلامَانَةُ وَآخِرُ مَا يَبْقَى الصَّلاةُ، وَرُبَّ مُصَلٍّ لا خَيْرَ فِيْهِ
“Pertama kali yang terangkat (hilang) dari manusia  adalah amanah, dan yang terakhir yang tersisa adalah shalat. Dan terkadang orang yang shalat tidak ada kebaikan dalam dirinya.”(HR. Thabrani, shahih) Artinya sejelek-jelek orang Islam itu masih shalat, kalau tidak shalat ya tidak muslim.
Ketiga, Nabi r bersabda:
ومَنْ لم يحافظْ عليهَا لَمْ تكُنْ له نوراً ولا نجاةً ولا برهاناً، وكانَ يومَ القيامةِ مع قارونَ وفرعونَ وهامانَ وأبيّ بنِ خلفٍ»
“Barang siapa tidak menjaga shalat maka ia tidak memiliki cahaya, tidak pula keselamatan, dan tidak pula bukti (keimanan), dan di hari kiamat dikumpulkan bersama Qarun, Fir’aun, Haman, dan Ubay ibn Khalaf.” (HR.  Ahmad, Darimi, Ibnu Hibban)

Syari’at telah menetapkan bahwa shalat adalah bukti Islam, kewajibannya ada bersama adanya akal, selagi masih memiliki kesadaran maka wajib melakukan shalat. Jika tidak bisa shalat dengan berdiri maka boleh dengan duduk. Jika tidak bisa dengan duduk, boleh dengan berbaring. Jika tidak bisa maka dengan telentang. Jika tidak bisa, boleh dengan isyarat.  Kalau tidak bisa wudhu’ (karena sakit atau tidak ada air), boleh dengan tayamum (bersuci dengan debu). Kalau musafir (sedang bepergian jauh), ia mengqashar (meringkas shalat yang 4 rakaat menjadi 2 rakaat), atau menjama’; menggabungkan dua waktu shalat dalam satu waktu, atau boleh jama’ dan qashar sekaligus.
Dengan demikian maka jelaslah, bahwa tidak ada satupun alasan yang bisa digunakan untuk tidak mengerjakan shalat, selama ia masih punya kesadaran, yaitu akalnya masih normal.
Jadi keengganan atau kemalasan seseorang untuk melakukan shalat, ini adalah karena memang akalnya yang sudah tidak mau melakukan shalat, tidak mau tunduk kepada Allah. Karena itu wajar kalau kepalanya yang dihancurkan sendiri dengan batu tanpa henti, sebagai balasannya di akherat. Na’udzu billahi min dzalik (kita berlindang kepada Allah dari yang demikian itu). [*]
Khutbah kedua
Allah I memerintahkan agar kita shalat, mendidik keluarga rajin shalat dan bersabar untuk itu hingga wafat. Allah berfirman:
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya, Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu, dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha: 132)
Nabi r bersabda:

مُرُوا أَوْلاَدَكُم بالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْع سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ في المَضَاجِعِ
“Perintahkan putra putrimu untuk shalat karena usia 7 tahun dan pukullah karenanya ketika mereka berumur 10 tahun, serta pisahkan mereka dalam tempat tidur.” (HR. Abu Daud)
Sumber Rujukan:
  1. Syekh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Hukum Orang yang Meninggalkan Shalat, Yayasan as-Sofwa, Jakarta.
  2. ____________________, Tuntunan Thaharah, Shalat dasn Mengurus Jenazah, Yayasan as-Sofwa, Jakarta, 1996.
  3. Syekh Muhammad al-Amin asy-Syinqithi, Ijma’ Sahabat tentang Kufurnya Orang Meninggalkan Shalat, Majalah Qiblati, Vol. 01/No. 10/ Tahun 2006, hal. 11-20.
  4. Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah (terjemahan), Pustaka al-Kautsar, Jakarta, 2004.
  5. DR. Said ibn Ali al-Qahthani, Manzilah al-Shalah fil Islam, Depag KSA

Asmaul Husna

99 Nama Allah SWT Asmaul Husna - Sembilan Puluh Sembilan Sebutan Tuhan Asma'ul Husna

Oleh godam64 pada 21 Desember 2007 | 20:40

 Di dalam kitab suci Al-Qur'an Allah SWT disebut juga dengan nama-nama sebutan yang berjumlah 99 nama yang masing-masing memiliki arti definisi / pengertian yang bersifat baik, agung dan bagus. Secara ringkas dan sederhana Asmaul Husna adalah sembilanpuluhsembilan nama baik Allah SWT.
                                                                                                                                                                Firman Allah SWT dalam surat Al-Araf ayat 180 :

"Allah mempunyai asmaul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan".

Berikut ini adalah 99 nama Allah SWT beserta artinya :
1. Ar-Rahman (Ar Rahman) Artinya Yang Maha Pemurah
2. Ar-Rahim (Ar Rahim) Artinya Yang Maha Mengasihi
3. Al-Malik (Al Malik) Artinya Yang Maha Menguasai / Maharaja Teragung
4. Al-Quddus (Al Quddus) Artinya Yang Maha Suci
5. Al-Salam (Al Salam) Artinya Yang Maha Selamat Sejahtera
6. Al-Mu'min (Al Mukmin) Artinya Yang Maha Melimpahkan Keamanan
7. Al-Muhaimin (Al Muhaimin) Artinya Yang Maha Pengawal serta Pengawas
8. Al-Aziz (Al Aziz) Artinya Yang Maha Berkuasa
9. Al-Jabbar (Al Jabbar) Artinya Yang Maha Kuat Yang Menundukkan Segalanya
10. Al-Mutakabbir (Al Mutakabbir) Artinya Yang Melengkapi Segala kebesaranNya
11. Al-Khaliq (Al Khaliq) Artinya Yang Maha Pencipta
12. Al-Bari (Al Bari) Artinya Yang Maha Menjadikan
13. Al-Musawwir (Al Musawwir) Artinya Yang Maha Pembentuk
14. Al-Ghaffar (Al Ghaffar) Artinya Yang Maha Pengampun
15. Al-Qahhar (Al Qahhar) Artinya Yang Maha Perkasa
16. Al-Wahhab (Al Wahhab) Artinya Yang Maha Penganugerah
17. Al-Razzaq (Al Razzaq) Artinya Yang Maha Pemberi Rezeki
18. Al-Fattah (Al Fattah) Artinya Yang Maha Pembuka
19. Al-'Alim (Al Alim) Artinya Yang Maha Mengetahui
20. Al-Qabidh (Al Qabidh) Artinya Yang Maha Pengekang
21. Al-Basit (Al Basit) Artinya Yang Maha Melimpah Nikmat
22. Al-Khafidh (Al Khafidh) Artinya Yang Maha Perendah / Pengurang
23. Ar-Rafi' (Ar Rafik) Artinya Yang Maha Peninggi
24. Al-Mu'izz (Al Mu'izz) Artinya Yang Maha Menghormati / Memuliakan
25. Al-Muzill (Al Muzill) Artinya Yang Maha Menghina
26. As-Sami' (As Sami) Artinya Yang Maha Mendengar
27. Al-Basir (Al Basir) Artinya Yang Maha Melihat
28. Al-Hakam (Al Hakam) Artinya Yang Maha Mengadili
29. Al-'Adl (Al Adil) Artinya Yang Maha Adil
30. Al-Latif (Al Latif) Artinya Yang Maha Lembut serta Halus
31. Al-Khabir (Al Khabir) Artinya Yang Maha Mengetahui
32. Al-Halim (Al Halim) Artinya Yang Maha Penyabar
33. Al-'Azim (Al Azim) Artinya Yang Maha Agung
34. Al-Ghafur (Al Ghafur) Artinya Yang Maha Pengampun
35. Asy-Syakur (Asy Syakur) Artinya Yang Maha Bersyukur
36. Al-'Aliy (Al Ali) Artinya Yang Maha Tinggi serta Mulia
37. Al-Kabir (Al Kabir) Artinya Yang Maha Besar
38. Al-Hafiz (Al Hafiz) Artinya Yang Maha Memelihara
39. Al-Muqit (Al Muqit) Artinya Yang Maha Menjaga
40. Al-Hasib (Al Hasib) Artinya Yang Maha Penghitung
41. Al-Jalil (Al Jalil) Artinya Yang Maha Besar serta Mulia
42. Al-Karim (Al Karim) Artinya Yang Maha Pemurah
43. Ar-Raqib (Ar Raqib) Artinya Yang Maha Waspada
44. Al-Mujib (Al Mujib) Artinya Yang Maha Pengkabul
45. Al-Wasi' (Al Wasik) Artinya Yang Maha Luas
46. Al-Hakim (Al Hakim) Artinya Yang Maha Bijaksana
47. Al-Wadud (Al Wadud) Artinya Yang Maha Penyayang
48. Al-Majid (Al Majid) Artinya Yang Maha Mulia
49. Al-Ba'ith (Al Baith) Artinya Yang Maha Membangkitkan Semula
50. Asy-Syahid (Asy Syahid) Artinya Yang Maha Menyaksikan
51. Al-Haqq (Al Haqq) Artinya Yang Maha Benar
52. Al-Wakil (Al Wakil) Artinya Yang Maha Pentadbir
53. Al-Qawiy (Al Qawiy) Artinya Yang Maha Kuat
54. Al-Matin (Al Matin) Artinya Yang Maha Teguh
55. Al-Waliy (Al Waliy) Artinya Yang Maha Melindungi
56. Al-Hamid (Al Hamid) Artinya Yang Maha Terpuji
57. Al-Muhsi (Al Muhsi) Artinya Yang Maha Penghitung
58. Al-Mubdi (Al Mubdi) Artinya Yang Maha Pencipta dari Asal
59. Al-Mu'id (Al Muid) Artinya Yang Maha Mengembali dan Memulihkan
60. Al-Muhyi (Al Muhyi) Artinya Yang Maha Menghidupkan
61. Al-Mumit (Al Mumit) Artinya Yang Mematikan
62. Al-Hayy (Al Hayy) Artinya Yang Senantiasa Hidup
63. Al-Qayyum (Al Qayyum) Artinya Yang Hidup serta Berdiri Sendiri
64. Al-Wajid (Al Wajid) Artinya Yang Maha Penemu
65. Al-Majid (Al Majid) Artinya Yang Maha Mulia
66. Al-Wahid (Al Wahid) Artinya Yang Maha Esa
67. Al-Ahad (Al Ahad) Artinya Yang Tunggal
68. As-Samad (As Samad) Artinya Yang Menjadi Tumpuan
69. Al-Qadir (Al Qadir) Artinya Yang Maha Berupaya
70. Al-Muqtadir (Al Muqtadir) Artinya Yang Maha Berkuasa
71. Al-Muqaddim (Al Muqaddim) Artinya Yang Maha Menyegera
72. Al-Mu'akhkhir (Al Muakhir) Artinya Yang Maha Penangguh
73. Al-Awwal (Al Awwal) Artinya Yang Pertama
74. Al-Akhir (Al Akhir) Artinya Yang Akhir
75. Az-Zahir (Az Zahir) Artinya Yang Zahir
76. Al-Batin (Al Batin) Artinya Yang Batin
77. Al-Wali (Al Wali) Artinya Yang Wali / Yang Memerintah
78. Al-Muta'ali (Al Muta Ali) Artinya Yang Maha Tinggi serta Mulia
79. Al-Barr (Al Barr) Artinya Yang banyak membuat kebajikan
80. At-Tawwab (At Tawwab) Artinya Yang Menerima Taubat
81. Al-Muntaqim (Al Muntaqim) Artinya Yang Menghukum Yang Bersalah
82. Al-'Afuw (Al Afuw) Artinya Yang Maha Pengampun
83. Ar-Ra'uf (Ar Rauf) Artinya Yang Maha Pengasih serta Penyayang
84. Malik-ul-Mulk (Malikul Mulk) Artinya Pemilik Kedaulatan Yang Kekal
85. Dzul-Jalal-Wal-Ikram (Dzul Jalal Wal Ikram) Artinya Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan
86. Al-Muqsit (Al Muqsit) Artinya Yang Maha Saksama
87. Al-Jami' (Al Jami) Artinya Yang Maha Pengumpul
88. Al-Ghaniy (Al Ghaniy) Artinya Yang Maha Kaya Dan Lengkap
89. Al-Mughni (Al Mughni) Artinya Yang Maha Mengkayakan dan Memakmurkan
90. Al-Mani' (Al Mani) Artinya Yang Maha Pencegah
91. Al-Darr (Al Darr) Artinya Yang Mendatangkan Mudharat
92. Al-Nafi' (Al Nafi) Artinya Yang Memberi Manfaat
93. Al-Nur (Al Nur) Artinya Cahaya
94. Al-Hadi (Al Hadi) Artinya Yang Memimpin dan Memberi Pertunjuk
95. Al-Badi' (Al Badi) Artinya Yang Maha Pencipta Yang Tiada BandinganNya
96. Al-Baqi (Al Baqi) Artinya Yang Maha Kekal
97. Al-Warith (Al Warith) Artinya Yang Maha Mewarisi
98. Ar-Rasyid (Ar Rasyid) Artinya Yang Memimpin Kepada Kebenaran
99. As-Sabur (As Sabur) Artinya Yang Maha Penyabar / Sabar